Penggunaan teknologi Video Assistant Referee (VAR) dalam sepak bola selalu menjadi topik perdebatan sengit. Meski ada yang berpendapat bahwa hal ini membawa keadilan dan akurasi dalam permainan, ada pula yang berpendapat bahwa hal itu mengganggu aliran dan spontanitas sepak bola. Semifinal Liga Champions baru-baru ini sekali lagi menghidupkan kembali kontroversi ini, karena beberapa keputusan VAR membuat para penggemar dan pemain mempertanyakan integritas sistem.
Pada leg pertama babak semifinal, Real Madrid berhadapan dengan Manchester City. Saat skor imbang 1-1, momen krusial terjadi pada menit ke-28 ketika pemain City Gabriel Jesus terlihat melakukan pelanggaran terhadap pemain Madrid Raphael Varane sebelum mencetak gol. Wasit awalnya mengesahkan gol tersebut, namun setelah ditinjau VAR, gol tersebut dianulir karena adanya pelanggaran. Keputusan ini membuat fans City frustasi karena merasa gol tandang krusial timnya telah dirampok.
Begitu pula pada laga semifinal lainnya antara Paris Saint-Germain (PSG) dan Bayern Munich, terdapat beberapa keputusan VAR yang kontroversial. Pada menit ke-40, pemain PSG Neymar dijatuhkan di dalam kotak penalti oleh pemain Bayern Jerome Boateng. Wasit awalnya memberikan penalti, tetapi setelah tinjauan VAR, dia membatalkan keputusannya, mengklaim bahwa Neymar telah melebih-lebihkan kontak tersebut. Keputusan ini memicu kemarahan di kalangan pemain dan penggemar PSG, yang yakin tim mereka tidak mendapat penalti.
Kontroversi VAR lainnya terjadi di babak kedua ketika pemain Bayern Eric Maxim Choupo-Moting mencetak gol yang awalnya dianulir offside. Namun, setelah peninjauan VAR yang panjang, gol tersebut akhirnya diperbolehkan, yang membuat PSG dan pendukung mereka frustrasi. Keputusan tersebut tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan tetapi juga menimbulkan pertanyaan mengenai konsistensi dan akurasi teknologi VAR.
Keputusan VAR yang kontroversial ini sekali lagi mempertanyakan efektivitas sistem tersebut. Kritikus berpendapat bahwa VAR mengganggu alur alami permainan dan menghilangkan elemen manusia yang membuat sepak bola menjadi menarik. Mereka percaya bahwa teknologi sering disalahgunakan dan subjektif sehingga menghasilkan keputusan yang tidak konsisten.
Di sisi lain, para pendukung VAR berpendapat bahwa VAR membantu menghilangkan kesalahan yang nyata dan memastikan keadilan dalam permainan. Mereka percaya bahwa meskipun terdapat kontroversi, teknologi VAR telah secara signifikan mengurangi jumlah keputusan yang salah dan telah berhasil memperbaiki pelanggaran terang-terangan dan keputusan offside.
Namun, permasalahan utamanya terletak pada interpretasi dan implementasi VAR. Teknologi itu sendiri tidak bersalah, melainkan cara penggunaannya oleh wasit dan subjektivitas yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Perlu ada keseimbangan antara menjaga integritas permainan dan memastikan keputusan yang akurat.
Menjelang berakhirnya babak semifinal Liga Champions, kontroversi seputar keputusan VAR meninggalkan rasa pahit di mulut banyak penggemar sepak bola. Perdebatan mengenai penggunaan VAR pasti akan terus berlanjut, dan sangat penting bagi badan sepak bola untuk mengatasi kekhawatiran ini dan mengupayakan sistem yang lebih konsisten dan transparan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keadilan permainan tanpa mengorbankan esensi dan kegembiraannya.